Gambar menunjukkan 18 dari 69 galaksi kerdil hiperaktif yang ditemukan oleh teleskop Hubble |
Astronom menemukan 69 galaksi kerdil hiperaktif dengan teleskop antariksa Hubble. Galaksi-galaksi itu berjarak sekitar 9 miliar tahun cahaya dari Bumi. Galaksi tersebut membentuk bintang dengan sangat cepat sehingga populasi bintangnya akan menjadi 2 kali lipat dalam 10 juta tahun. Sebagai perbandingan, Bimasakti butuh waktu 1.000 kali lebih lama.
Tim astronom dengan Harry Ferguson dari Space Telescope Science Institute (STScI) sebagai co-author dalam penelitian menemukan galaksi kerdil tersebut lewat proyek Cosmic Assembly Near-earth Deep Extragalactic Legacy-Survey (CANDELS). Penemuan galaksi kerdil itu sangat mengejutkan. Pasalnya, selama ini diyakini bahwa pembentukan bintang berlangsung lambat dan memakan waktu lama.
"Penemuan CANDELS yang menunjukkan adanya galaksi-galaksi yang ukurannya hampir sama membentuk bintang dengan sangat cepat pada masa awal semesta memacu kita untuk mengevaluasi sekali lagi apa yang kita pikir sudah kita ketahui tentang evolusi galaksi kerdil," kata Ferguson seperti dikutip Space.com, Sabtu (12/11/2011).
Galaksi-galaksi yang ditemukan memiliki ukuran 100 kali lebih kecil dari Bimasakti. Galaksi kerdil sebenarnya umum di alam semesta dan astronom percaya bahwa pembentukan bintang yang cepat adalah salah satu hal penting dalam evolusinya. Astronom berharap bisa mempelajari lebih lanjut tentang gelaksi-galaksi kerdil itu.
Hingga kini, sebab pembentukan bintang yang cepat di galaksi itu masih misteri. Simulasi komputer yang dibuat bahwa pembentukan di galaksi kerdil berlangsung dalam beberapa episode. Pertama, ada gas yang mendingin dan collaps membentuk bintang. Beberapa bintang meledak menghasilkan panas dan gas, tetapi akhirnya gas mendingin lagi dan membentuk bintang.
Arjen van der Wel dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg Jerman, pimpinan proyek CANDELS, mengungkapkan, "Meski prediksi teoritis itu bisa jadi petunjuk pembentukan bintang di galaksi ini, ledakan yang terjadi lebih intens dari yang direproduksi oleh simulasi."
Ferguson mengatakan, teleskop antariksa James Webb yang akan diluncurkan 2018 nanti mungkin bisa menjawab misteri itu. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan di Astrophysical Journal yang akan terbit dalam waktu dekat.
|
0 komentar