A. SEJARAH ETNOGRAFI DAN PERKEMBANGANNYA
1. Sejarah Kemunculan Etnografi
Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian.. Etnografi pada mulanya merupakan bagian dari ilmu antropologi. Secara harfiah kata etnografi mengandung arti tulisan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau tahun. Marzali dalam Sudikin menjelaskan bahwa etnografi merupakan laporan penelitian dan juga mengacu kepada metode penelitian yang menjadi dasar ilmu antropologi. (Sudikin, 2002, 75). Pada tataran awal etnografi merupakan studi tentang deskripsi dan analisi tentang budaya dan bahasa dengan memberikan pengkodean terhadap deskrpsi dan analisa bahasa dan kebudayaan.. (Savielle-Troike, 1982, 1). Sedangkan Engkus Kuswarno menjelaskan etnografi sebagai bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan Maka dapat kita uraikan bahwa etnografi pada mulanya adalah bagian dari ilmu antropologi.
Pada awal kemunculannya etnografi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu antropologi. Pada mulanya para antropolog berusaha membangun tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari awal kemunculannya di muka bumi hingga sekarang, namun dalam proses membangun perkembangan evolusi budaya ini para antropolog tidak terjun langsung ke lapangan, tetapi mereka membangun kerangka evolusi ini dengan tidak didukung oleh fakta-fakta dari lapangan. Pada awal abad ke 20 mereka mulai menyadari perlunya pergi ke lapangan untuk mengadakan penelitian tentang budaya, kesadaran untuk pergi ke lapangan inilah yang menjadi cikal bakal dari kemunculan penelitian etnografi.
2. Perkembangan Etnografi
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adapt istiastiadat,susunan masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kuru nwaktu yang sama. Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi berbicara (ethnography of speaking) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian bahasa lisan. Etnografi komunikasi menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing) serta komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda (signing). Pemakaian tuturan Apa khabar?, Comment alle vous? (bahasa Perancis), Hoe gaat het? (bahasa Belanda) dengan arti yang sama tentu saja berbeda modus kemunculannya dengan tuturan Dengan hormat, Dear Sir, Beste Meneer, Hormat kami, sincerely yours.
Kelompok tuturan pertama terjadi dalam modus lisan, sebaliknya kelompok tuturan kedua hanya muncul dalam modus tulis. Kedua modus ini juga sangat berbeda dengan modus komunikasi isyarat, bahasa tubuh atau tanda yang menggunakan anggota badan atau alat. Orang Indonesia akan menganggukkan kepalanya untuk menyatakan makna setuju, tetapi orang India justru mengayunkan kepala dengan membentuk gerakan angka 8 untuk makna yang sama. Orang Tibet menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung teman untuk menyatakan selamat datang, sedangkan orang Indonesia melakukan hal yang sama dengan saling berjabat tangan. Menariknya lagi, Orang Tibet akan menjulurkan lidahnya sebagai sapaan untuk menyambut tamu, yang bagi orang Indonesia tindakan demikian diartikan mengejek. Sebaliknya sapaan untuk menyambut tamu orang Indonesia menyatakan selamat datang sambil mempersilahkan masuk dan seterusnya. Kalau orang Indonesia menjulurkan tangannya ke bawah sambil berjalan membungkukkan badan pertanda ia meminta permisi untuk minta lewat di hadapan orang lain, tetapi bagi orang Arab, mereka justru memegang kepala orang yang dilewatinya. Orang Jepang menggenggam keempat jemarinya kecuali kelingking untuk menyatakan makna perempuan, sebaliknya orang Indonesia mengartikan tindakan demikian sebagai pernyataan anggap remeh atau enteng terhadap seseorang atau sesuatu hal.
Istilah etnography of speaking awalnya diperkenalkan oleh seorang pakar antropologi dan sekaligus pakar linguistik Amerika, Dell Hymes (dalam Gladwin, T. dan Sturtevant, W.,1982; juga dalam Fishman, J., 1968). Istilah itu kemudian diubah oleh penulisnya menjadi etnography o fcommunication, karena istilah ini dianggap lebih tepat.
Michael H.Agar (1986:12-24)meberikan tawaran baru tentang penelitian etnografi dengan dilandasi oleh pemikiran fenomenologi, mengutip pendapat Giddens (1976), adalah inti dari proses mediasi kerangka pemikiran . “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan”.
Charles winnick (1915:193) mendefinisikan etnogarafi etnogarafi sebagai the study of individual cultures, it is primarily adescriptvie and non interpretative study. Adam E. Hoebal (1966:8) etnografi adalah to erite about peoples as we use the term if refers to descriptive study of human society,, menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengac pada penulisan deskriptif. Roger M.Keesing (1989:250) mendefinisikan etnogarafi sebagai pembuatan dokumentasi dan analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam nmendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (penelitietnografi) juga menganalisis
Menurut Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan, misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi, lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya hendaknya meneliti secara langsung terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community), atau jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan.
Etnografi diperkenalkan oleh B. Malinowski dengan mempublikasikan penelitian pertamanya yang berjudul Argonuts of the Western Pacific, pada tahun 1922 dengan menggunakan metode lapangan dan observasi partisipan. Penggunaan metode lapangan ini oleh Malinowski ini dapat dikatakan sebagai perpaduan antara ilmu antropologi dan ilmu sosiologi. (Engkus Kuswarno, 2008, 32-33). Fofus utama dari penelitian Mallinowski adalah kahidupan masa kini yang dijalani oleh masyarakat dan cara hidup suatu masyarakat (society’s way of life) dan untuk memberikan deskripsikan tentang struktur social dan budaya suatu masyarakat dengan melakuakn wawancara dengan beberapa informan dan observasi pasrtipasi dalam kelompok yang diteliti.
Perkembangan etnografi pada tahun 1960-an mulai memusatkan pada usaha untuk mempelajari bagaimana suatu masyarakat mengorganisir budaya dalam pikiran dan bagaimana budaya itu diaplikasikan dalam kehidupan keseharian mereka. Dalam tataran ini etnografi disebut sebagai antropologi kognitif . Etnografi mulai memiliki peranan untuk menemukan dan menjelaskan organisasi pikiran.
Lebih lanjut etnografi dikembangkan oleh Spradley dengan bertolak pada antropologi kognitif menjelaskan bahwa suatu budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan digunakan untuk menyusun perilaku dalam menghadapi situasi dunia. Sudikin (2002, 79) menjelaskan dalam penelitian etnografi Spradley bertolak pada lima prinsip berikut:
1. Teknik tunggal dimana peneliti dapat melakukan berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian.
2. Identifikasi tugas, dimana peneliti harus menggali langkah-langkah pokok yang harus dilaksanakan
3. Pelaksanaan langkah-langkah pokoh haus dijalankan secara berurutan.
4. Wawancara dilakukan secara sesungguhnya bukan hanya sekedar latihan.
5. Problem solving, peneliti memberikan jalan keluar.
CIRIKHAS ETNOGRAFI
Penelitian etnografi memiliki cirkhas yaitu penelitian bersifat holistik, integrative, thick description dan menggunakan analisis kualitaif dalam mencari sudut pandang yang semula (native’s point of view). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan obeservasi-partisipasi dan wawancara secara terbuka dan mendalam, sehingga penelitian etnografi memerlukan waktu yang lama.
Penelitian etnografi secara umum dilakukan secara bertahap dengan dimulai tahap perkenalan yang meliputi mempelajari bahasa penduduk yang sedang diteliti. Selanjutnya pembelajaran terhadap bahasa asli dipakai untuk membantu dalam menganilis permasalahan-permasalahan yang muncul dari aktivitas sehari-hari.
Elemen-elemen inti dari penelitian etnografi oleh Creswell (dalam. Engkus, 2008, 34) dijabarkan::
1.Penggunaan penjelasan yang detail.
2. Gaya laporan bersifat cerita (story telling)
3.Menggali tema-tema kultural, seperi tema-tema tentang peran dan perilaku masyarakat.
4.Menjelaskan kehidupan keseharian orang-orang (everyday life of persons) bukan peristiwa khusus yang menjadi pusat perhatian.
5.Laporan keseluruhan perbaduan antara deskriptif, analitis dan interpretatif.
6. Hasill penelitian memfokuskan bukan pada apa yang menjadi agen perubahan tetapi pada pelopor untuk berubah yang bersifat terpaksa.
B. PRINSIP-PRINSIP ETNOGRAFI
Dalam penelitian etnografi ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah meliputi:
1. Mempertimbangkan tentang informan. Artinya peneliti harus secara selektif dalam memilih informan yang akan diwawancarai dan diteliti. Peneliti harus melindungi informan dan akibat-akibat yang ditimbulkan bila memilih mereka.
2. Mengerti informan. Mengerti di sini memiliki arti bahwa peniliti harus memperhatikan hak-hak asasi, kepentingan dan sensivitas. Seorang peneliti memiliki tanggung jawab untuk melindungi mereka terhadap konsekuensi yang akan muncul.
3. Menyampaikan tujuan penelitian. Peneliti harus menympaikan kepada informan sehingga mereka dapat membantu penelitian yang ada.
4. Melindungi privasi informan. Setiap kerahasiaan informan harus dilindungi, bila mereka tidak mau disebutkan identitas mereka maka kitapun harus menjaga kerahasiaan mereka (prinsip anonimitas) dan peneliti juga harus memperhatikan keberatan-keberatan dari pihak informan.
5. Jangan mengeksploitasi informan. Peniliti tidak boleh hanya menfaatkan informan untuk mencapai tujuan penelitian, tetapi setelah penelitian selesai harus memberikan balas jasa kepadanya karena telah menjadi informan yang membantu selama penelitian berlangsung sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
6. Memberikan laporan kepada informan. Setelah penelitian selesai etnografer harus memperlihatkan (melaporkan kepada informan) untuk.
C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN ETNOGRAFI
1. Kekuatan
Penelitian etnografi memiliki keunggulan dibandingkan dengan penelitian yang lain Kekuatan etnografi oleh Anne Suryani (2008, 124) dijelaskan bahwa etnografi menyediakan kesempatan yang lebih dalam mengumpulkan data yang komplet dan relevan dalam menjawab permasalahan karena penelitian etnografi ini mengadakan penelitian secara mendalam dan bersifat partisipan. Etnografi juga mempertimbangkan data dari sumber terbaik untuk studi perbandingan dan analisis. Seorang etnografer dapat berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan, mendengar, bertanya dan mengumpulkan data.
2. Kelemahan
Dalam research etnografi hanya dapat meneliti sedikit atau bahkan hanya satu kasus, dan hasil dari penelitian etnografi tidak dapat digeneralisasi ke dalam konteks sosial yang lain. Kelemahan lainnya adalah peneliti sebagai instrumen primer dalam mengumpulkan data.
D. CONTOH PENELITIAN
1.1 SEBUAH ETNOGRAFI KLINIK ABORSI KARYA DONALD W. BALL
Contoh penelitian etnografi dalam makalah ini diambill dari penelitian etnografi karya Donald W. Ball yang berjudul Sebuah Etnografi Klinik Aborsi
1. Latar Balakang Penelitian
Penelitian dilakukan di California-Meksiko dengan latar belakang adanya pemberitaan surat kabar lokal dan nasional (Amerika Serikat) yang memberitakan tentang budaya aborsi yang menjamur di Amerika, namun pemberitaan itu di dasarkan atas data-data statistic yang bersifat positivist. Peneliti (Donald W. Ball) tergerak untuk mengadakan penelitian terhadap budaya yang menyimpang ini dari persepektif etnogarifis yang bersifat kualitatif dan studi lapangan (filed study).
2. Prosedur penelitian
Penelitian etnografis yang dilakukan oleh Donald W Ball ini dilakukan dengan :
• mengadakan pengamatan yang cukup lama terhadap aktifitas rutin sebuah klinik (yang terdiri dari prosedur medis yang sebenarnya tidak terlalu relevan dengan masalah penelitian ini) untuk membangun pola-pola aktivitas keseharian.
• Wawancara yang ekstensif dengan sejumlah kecil pasien, yang senagaimana juga diamati dalam klinik.
• Diskusi terbatas dengan staff non medisklinik.
• Wawancara-wawancara dengan orang-orang yang pernha menikmati jaya pelayanan klinik tersebut. (Semua nara sumber di jaga anonimitasnya untuk menjaga kerahasiaan mereka.
• Selain dengan wawancara-wawancara terhadap nara sumber di atas peneliti juga memperhatikan setting dari tempat aborsi tesebut secara mendetail, yang meliputisuasana ruangan, detail-detail ruangan, transaksi-transaksi yang muncul, symbol-simbol yang ada dan lain-lain untuk mendapatkan gambaran yang mendalam.
3. Hasil penelitian
Penelitian etnografi yang dihasilkan oleh Donald W. Ball disimpulkan dalam dua tema besar yaitu
• kemewahan dan biaya: hal ini mengandung arti bahwa praktek aborsi yang dilakukan memberikan pelayanan yang mewah dan nayaman dengan biaya yang disepakai oleh kedua pihak. Praktek ini dilakukan secara ekslusif.
• Praktik-praktik konvensial kedokteran. Dalam praktek aborsi yang dilakukan mengikuti gaya konvensial dari klinik atau Rumah Sakit pada umumnya. Symbol-simbol dalam klinik aborsi itu yang meliputi peralatan, setting ruangan hingga istilah-istilah yang dipakai meniru prosedur rumah sakit pada umum.
4. Laporan Penelitian Etnografis
Laporan penelitian etnografi yang ditulis oleh Donald W. Ball ini lebih menyerupai suatu cerita yang di susun berdasarkan sequensinya secara detail yang memberikan gambaran jelas tentang budaya praktik aborsi yang berlangsung selama ini. Sangat jelas bahwa laporan etnografis ini sangat bersifat subjektif.
E. KESIMPULAN
Etnografi merupakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif yang bertolak dari ilmu antropologi yang berkembang pada awal abad 20. Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam perspektif budaya sebagai way of life dalam mengkaji suatu permasalahan. Penelitian ini bersifat mendalam dan penelitii langsung bersinggungan dengan permasalahan yang diteliti dengan mencari informan dari lingkungan yang terlibat dengan masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
ETNOGRAFI KOMUNIKASI DAN REGISTER Oleh: Dwi Purnanto:
http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/
ANALISIS DATA PENELITIAN KOMUNIKASI, Oleh: Burhan Bungin. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007
METODOLOGI PENELITIAN KULITATIF, Oleh: DR.Deddy Mulyana, M.A. Pt.Remaja Rosdakarya, Bandung 2001
Kuswarno, Engkus, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran, 2008.
Muriel Saville-Troike, The Ethnography Of Communication: An Introduction. Southampton: Basil Blackwell Publisher Limited, 1982.
Mulyana, Deddy & Solatun, Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
Sukidin, Basrowi. Metode Penelitian Kualitatif Persepektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia, 2002.
Suryani, Anne. Comparing Case Study and Ethnography as Qualitative Research Approaches. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 5, Nomor 1, Juni 2008. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Sosiolinguistik II Oleh: Sailal Arimi, S.S., M.Hum
http://www.google.co.id/search?q=istilah+etnografi&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore
1. Sejarah Kemunculan Etnografi
Etnografi berasal dari kata ethos, yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian.. Etnografi pada mulanya merupakan bagian dari ilmu antropologi. Secara harfiah kata etnografi mengandung arti tulisan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas penelitian lapangan (field work) selama sekian bulan atau tahun. Marzali dalam Sudikin menjelaskan bahwa etnografi merupakan laporan penelitian dan juga mengacu kepada metode penelitian yang menjadi dasar ilmu antropologi. (Sudikin, 2002, 75). Pada tataran awal etnografi merupakan studi tentang deskripsi dan analisi tentang budaya dan bahasa dengan memberikan pengkodean terhadap deskrpsi dan analisa bahasa dan kebudayaan.. (Savielle-Troike, 1982, 1). Sedangkan Engkus Kuswarno menjelaskan etnografi sebagai bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi dan Maka dapat kita uraikan bahwa etnografi pada mulanya adalah bagian dari ilmu antropologi.
Pada awal kemunculannya etnografi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu antropologi. Pada mulanya para antropolog berusaha membangun tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari awal kemunculannya di muka bumi hingga sekarang, namun dalam proses membangun perkembangan evolusi budaya ini para antropolog tidak terjun langsung ke lapangan, tetapi mereka membangun kerangka evolusi ini dengan tidak didukung oleh fakta-fakta dari lapangan. Pada awal abad ke 20 mereka mulai menyadari perlunya pergi ke lapangan untuk mengadakan penelitian tentang budaya, kesadaran untuk pergi ke lapangan inilah yang menjadi cikal bakal dari kemunculan penelitian etnografi.
2. Perkembangan Etnografi
Etnografi adalah kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian vang sangat berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards dkk.,1985).
Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi, etnografi merupakan embrio dari antropologi, lahir pada tahap pertama dari perkembangannya sebelum tahun 1800 an. Etnogarafi juga merupakan hasil catatan penjelajah eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Koentjaraningrat, 1989:1 : “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi entang adapt istiastiadat,susunan masyarakat,bahasa dan cirri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut”.
Etnografi yang akarnya antropologi pada dasarnya merupakan kegiatan peneliti untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnogarafi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kuru nwaktu yang sama. Sebelum istilah etnografi komunikasi semakin populer dipakai, istilah etnografi berbicara (ethnography of speaking) lebih awal diacu sebagai pemerian pemakaian bahasa lisan. Etnografi komunikasi menjadi lebih luas karena tidak hanya melingkupi modus komunikasi lisan (speaking), tetapi juga melibatkan komunikasi tulis (writing) serta komunikasi isyarat (gesture), gerakan tubuh (kinesics), atau tanda (signing). Pemakaian tuturan Apa khabar?, Comment alle vous? (bahasa Perancis), Hoe gaat het? (bahasa Belanda) dengan arti yang sama tentu saja berbeda modus kemunculannya dengan tuturan Dengan hormat, Dear Sir, Beste Meneer, Hormat kami, sincerely yours.
Kelompok tuturan pertama terjadi dalam modus lisan, sebaliknya kelompok tuturan kedua hanya muncul dalam modus tulis. Kedua modus ini juga sangat berbeda dengan modus komunikasi isyarat, bahasa tubuh atau tanda yang menggunakan anggota badan atau alat. Orang Indonesia akan menganggukkan kepalanya untuk menyatakan makna setuju, tetapi orang India justru mengayunkan kepala dengan membentuk gerakan angka 8 untuk makna yang sama. Orang Tibet menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidung teman untuk menyatakan selamat datang, sedangkan orang Indonesia melakukan hal yang sama dengan saling berjabat tangan. Menariknya lagi, Orang Tibet akan menjulurkan lidahnya sebagai sapaan untuk menyambut tamu, yang bagi orang Indonesia tindakan demikian diartikan mengejek. Sebaliknya sapaan untuk menyambut tamu orang Indonesia menyatakan selamat datang sambil mempersilahkan masuk dan seterusnya. Kalau orang Indonesia menjulurkan tangannya ke bawah sambil berjalan membungkukkan badan pertanda ia meminta permisi untuk minta lewat di hadapan orang lain, tetapi bagi orang Arab, mereka justru memegang kepala orang yang dilewatinya. Orang Jepang menggenggam keempat jemarinya kecuali kelingking untuk menyatakan makna perempuan, sebaliknya orang Indonesia mengartikan tindakan demikian sebagai pernyataan anggap remeh atau enteng terhadap seseorang atau sesuatu hal.
Istilah etnography of speaking awalnya diperkenalkan oleh seorang pakar antropologi dan sekaligus pakar linguistik Amerika, Dell Hymes (dalam Gladwin, T. dan Sturtevant, W.,1982; juga dalam Fishman, J., 1968). Istilah itu kemudian diubah oleh penulisnya menjadi etnography o fcommunication, karena istilah ini dianggap lebih tepat.
Michael H.Agar (1986:12-24)meberikan tawaran baru tentang penelitian etnografi dengan dilandasi oleh pemikiran fenomenologi, mengutip pendapat Giddens (1976), adalah inti dari proses mediasi kerangka pemikiran . “hakikat dari suatu mediasi tertentu akan bergantung dari hakikat tradisi dimana terjadi kontak penelitian lapangan”.
Charles winnick (1915:193) mendefinisikan etnogarafi etnogarafi sebagai the study of individual cultures, it is primarily adescriptvie and non interpretative study. Adam E. Hoebal (1966:8) etnografi adalah to erite about peoples as we use the term if refers to descriptive study of human society,, menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengac pada penulisan deskriptif. Roger M.Keesing (1989:250) mendefinisikan etnogarafi sebagai pembuatan dokumentasi dan analaisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam nmendefinisikan suatu kebudayaan seorang etnografer (penelitietnografi) juga menganalisis
Menurut Hymes (1974), istilah etnografi komunikasi sendiri menunjukkan cakupan kajian berlandaskan etnografi dan komunikasi.. Cakupan kajian tidak dapat dipisah-pisahkan, misalnya hanya mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi, lalu menghubung-hubungkannya. Fokus kajiannya hendaknya meneliti secara langsung terhadap penggunaan bahasa dalam konteks situasi tertentu, sehingga dapat mengamati dengan jelas pola-pola aktivitas tutur, dan kajiannya diupayakan tidak terlepas (secara terpisah-pisah), misalnya tentang gramatika (seperti dilakukan oleh linguis), tentang kepribadian (seperti psikologi), tentang struktur sosial (seperti sosiologi), tentang religi (seperti etnologi), dan sebagainya. Dalam kaitan dengan landasan itu, seorang peneliti tidak dapat membentuk bahasa, atau bahkan tutur, sebagai kerangka acuan yang sempit. Peneliti harus mengambil konteks suatu komunitas (community), atau jaringan orang-orang, lalu meneliti kegiatan komunikasinya secara menyeluruh, sehingga tiap penggunaan saluran atau kode komunikasi selalu merupakan bagian dari khasanah komunitas yang diambil oleh para penutur ketika dibutuhkan.
Etnografi diperkenalkan oleh B. Malinowski dengan mempublikasikan penelitian pertamanya yang berjudul Argonuts of the Western Pacific, pada tahun 1922 dengan menggunakan metode lapangan dan observasi partisipan. Penggunaan metode lapangan ini oleh Malinowski ini dapat dikatakan sebagai perpaduan antara ilmu antropologi dan ilmu sosiologi. (Engkus Kuswarno, 2008, 32-33). Fofus utama dari penelitian Mallinowski adalah kahidupan masa kini yang dijalani oleh masyarakat dan cara hidup suatu masyarakat (society’s way of life) dan untuk memberikan deskripsikan tentang struktur social dan budaya suatu masyarakat dengan melakuakn wawancara dengan beberapa informan dan observasi pasrtipasi dalam kelompok yang diteliti.
Perkembangan etnografi pada tahun 1960-an mulai memusatkan pada usaha untuk mempelajari bagaimana suatu masyarakat mengorganisir budaya dalam pikiran dan bagaimana budaya itu diaplikasikan dalam kehidupan keseharian mereka. Dalam tataran ini etnografi disebut sebagai antropologi kognitif . Etnografi mulai memiliki peranan untuk menemukan dan menjelaskan organisasi pikiran.
Lebih lanjut etnografi dikembangkan oleh Spradley dengan bertolak pada antropologi kognitif menjelaskan bahwa suatu budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan digunakan untuk menyusun perilaku dalam menghadapi situasi dunia. Sudikin (2002, 79) menjelaskan dalam penelitian etnografi Spradley bertolak pada lima prinsip berikut:
1. Teknik tunggal dimana peneliti dapat melakukan berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian.
2. Identifikasi tugas, dimana peneliti harus menggali langkah-langkah pokok yang harus dilaksanakan
3. Pelaksanaan langkah-langkah pokoh haus dijalankan secara berurutan.
4. Wawancara dilakukan secara sesungguhnya bukan hanya sekedar latihan.
5. Problem solving, peneliti memberikan jalan keluar.
CIRIKHAS ETNOGRAFI
Penelitian etnografi memiliki cirkhas yaitu penelitian bersifat holistik, integrative, thick description dan menggunakan analisis kualitaif dalam mencari sudut pandang yang semula (native’s point of view). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan obeservasi-partisipasi dan wawancara secara terbuka dan mendalam, sehingga penelitian etnografi memerlukan waktu yang lama.
Penelitian etnografi secara umum dilakukan secara bertahap dengan dimulai tahap perkenalan yang meliputi mempelajari bahasa penduduk yang sedang diteliti. Selanjutnya pembelajaran terhadap bahasa asli dipakai untuk membantu dalam menganilis permasalahan-permasalahan yang muncul dari aktivitas sehari-hari.
Elemen-elemen inti dari penelitian etnografi oleh Creswell (dalam. Engkus, 2008, 34) dijabarkan::
1.Penggunaan penjelasan yang detail.
2. Gaya laporan bersifat cerita (story telling)
3.Menggali tema-tema kultural, seperi tema-tema tentang peran dan perilaku masyarakat.
4.Menjelaskan kehidupan keseharian orang-orang (everyday life of persons) bukan peristiwa khusus yang menjadi pusat perhatian.
5.Laporan keseluruhan perbaduan antara deskriptif, analitis dan interpretatif.
6. Hasill penelitian memfokuskan bukan pada apa yang menjadi agen perubahan tetapi pada pelopor untuk berubah yang bersifat terpaksa.
B. PRINSIP-PRINSIP ETNOGRAFI
Dalam penelitian etnografi ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan adalah meliputi:
1. Mempertimbangkan tentang informan. Artinya peneliti harus secara selektif dalam memilih informan yang akan diwawancarai dan diteliti. Peneliti harus melindungi informan dan akibat-akibat yang ditimbulkan bila memilih mereka.
2. Mengerti informan. Mengerti di sini memiliki arti bahwa peniliti harus memperhatikan hak-hak asasi, kepentingan dan sensivitas. Seorang peneliti memiliki tanggung jawab untuk melindungi mereka terhadap konsekuensi yang akan muncul.
3. Menyampaikan tujuan penelitian. Peneliti harus menympaikan kepada informan sehingga mereka dapat membantu penelitian yang ada.
4. Melindungi privasi informan. Setiap kerahasiaan informan harus dilindungi, bila mereka tidak mau disebutkan identitas mereka maka kitapun harus menjaga kerahasiaan mereka (prinsip anonimitas) dan peneliti juga harus memperhatikan keberatan-keberatan dari pihak informan.
5. Jangan mengeksploitasi informan. Peniliti tidak boleh hanya menfaatkan informan untuk mencapai tujuan penelitian, tetapi setelah penelitian selesai harus memberikan balas jasa kepadanya karena telah menjadi informan yang membantu selama penelitian berlangsung sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik.
6. Memberikan laporan kepada informan. Setelah penelitian selesai etnografer harus memperlihatkan (melaporkan kepada informan) untuk.
C. KEKUATAN DAN KELEMAHAN ETNOGRAFI
1. Kekuatan
Penelitian etnografi memiliki keunggulan dibandingkan dengan penelitian yang lain Kekuatan etnografi oleh Anne Suryani (2008, 124) dijelaskan bahwa etnografi menyediakan kesempatan yang lebih dalam mengumpulkan data yang komplet dan relevan dalam menjawab permasalahan karena penelitian etnografi ini mengadakan penelitian secara mendalam dan bersifat partisipan. Etnografi juga mempertimbangkan data dari sumber terbaik untuk studi perbandingan dan analisis. Seorang etnografer dapat berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan, mendengar, bertanya dan mengumpulkan data.
2. Kelemahan
Dalam research etnografi hanya dapat meneliti sedikit atau bahkan hanya satu kasus, dan hasil dari penelitian etnografi tidak dapat digeneralisasi ke dalam konteks sosial yang lain. Kelemahan lainnya adalah peneliti sebagai instrumen primer dalam mengumpulkan data.
D. CONTOH PENELITIAN
1.1 SEBUAH ETNOGRAFI KLINIK ABORSI KARYA DONALD W. BALL
Contoh penelitian etnografi dalam makalah ini diambill dari penelitian etnografi karya Donald W. Ball yang berjudul Sebuah Etnografi Klinik Aborsi
1. Latar Balakang Penelitian
Penelitian dilakukan di California-Meksiko dengan latar belakang adanya pemberitaan surat kabar lokal dan nasional (Amerika Serikat) yang memberitakan tentang budaya aborsi yang menjamur di Amerika, namun pemberitaan itu di dasarkan atas data-data statistic yang bersifat positivist. Peneliti (Donald W. Ball) tergerak untuk mengadakan penelitian terhadap budaya yang menyimpang ini dari persepektif etnogarifis yang bersifat kualitatif dan studi lapangan (filed study).
2. Prosedur penelitian
Penelitian etnografis yang dilakukan oleh Donald W Ball ini dilakukan dengan :
• mengadakan pengamatan yang cukup lama terhadap aktifitas rutin sebuah klinik (yang terdiri dari prosedur medis yang sebenarnya tidak terlalu relevan dengan masalah penelitian ini) untuk membangun pola-pola aktivitas keseharian.
• Wawancara yang ekstensif dengan sejumlah kecil pasien, yang senagaimana juga diamati dalam klinik.
• Diskusi terbatas dengan staff non medisklinik.
• Wawancara-wawancara dengan orang-orang yang pernha menikmati jaya pelayanan klinik tersebut. (Semua nara sumber di jaga anonimitasnya untuk menjaga kerahasiaan mereka.
• Selain dengan wawancara-wawancara terhadap nara sumber di atas peneliti juga memperhatikan setting dari tempat aborsi tesebut secara mendetail, yang meliputisuasana ruangan, detail-detail ruangan, transaksi-transaksi yang muncul, symbol-simbol yang ada dan lain-lain untuk mendapatkan gambaran yang mendalam.
3. Hasil penelitian
Penelitian etnografi yang dihasilkan oleh Donald W. Ball disimpulkan dalam dua tema besar yaitu
• kemewahan dan biaya: hal ini mengandung arti bahwa praktek aborsi yang dilakukan memberikan pelayanan yang mewah dan nayaman dengan biaya yang disepakai oleh kedua pihak. Praktek ini dilakukan secara ekslusif.
• Praktik-praktik konvensial kedokteran. Dalam praktek aborsi yang dilakukan mengikuti gaya konvensial dari klinik atau Rumah Sakit pada umumnya. Symbol-simbol dalam klinik aborsi itu yang meliputi peralatan, setting ruangan hingga istilah-istilah yang dipakai meniru prosedur rumah sakit pada umum.
4. Laporan Penelitian Etnografis
Laporan penelitian etnografi yang ditulis oleh Donald W. Ball ini lebih menyerupai suatu cerita yang di susun berdasarkan sequensinya secara detail yang memberikan gambaran jelas tentang budaya praktik aborsi yang berlangsung selama ini. Sangat jelas bahwa laporan etnografis ini sangat bersifat subjektif.
E. KESIMPULAN
Etnografi merupakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif yang bertolak dari ilmu antropologi yang berkembang pada awal abad 20. Penelitian ini menggunakan pendekatan dalam perspektif budaya sebagai way of life dalam mengkaji suatu permasalahan. Penelitian ini bersifat mendalam dan penelitii langsung bersinggungan dengan permasalahan yang diteliti dengan mencari informan dari lingkungan yang terlibat dengan masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
ETNOGRAFI KOMUNIKASI DAN REGISTER Oleh: Dwi Purnanto:
http://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/
ANALISIS DATA PENELITIAN KOMUNIKASI, Oleh: Burhan Bungin. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007
METODOLOGI PENELITIAN KULITATIF, Oleh: DR.Deddy Mulyana, M.A. Pt.Remaja Rosdakarya, Bandung 2001
Kuswarno, Engkus, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjadjaran, 2008.
Muriel Saville-Troike, The Ethnography Of Communication: An Introduction. Southampton: Basil Blackwell Publisher Limited, 1982.
Mulyana, Deddy & Solatun, Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008.
Sukidin, Basrowi. Metode Penelitian Kualitatif Persepektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia, 2002.
Suryani, Anne. Comparing Case Study and Ethnography as Qualitative Research Approaches. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 5, Nomor 1, Juni 2008. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Sosiolinguistik II Oleh: Sailal Arimi, S.S., M.Hum
http://www.google.co.id/search?q=istilah+etnografi&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
http://teguhimanprasetya.wordpress.com/2008/09/25/etnografi-dan-folklore
0 komentar