Siapa yang tidak tahu makanan yang satu ini? Ikan asin menjadi hidangan pelengkap kala kita menyantap sambal dan lalapan. Dari kalangan atas hingga bawah, ikan asin menjadi favorit banyak orang, di berbagai daerah di Indonesia.
Ikan asin merupakan olahan ikan yang diawetkan, dan jenisnya bisa dari beragam, dari ikan air laut maupun air tawar. Dari perkotaan hingga pedesaan, ikan asin sering dihidangkan di meja makan. Ikan asin merupakan penawar kala kita menyantap makanan pedas.
Banyaknya permintaan ikan asin, membuat produsen terkadang kewalahan untuk memenuhinya, terutama di kala musim paceklik ikan terjadi, yang biasanya terjadi pada saat musim hujan. Banyak pelaut yang mengurangi tangkapannya, bahkan ada yang tidak melaut, sehingga olahan ian awetan ini menjadi berkurang.
Sehingga membuat produsen ikan asin harus memutar otak, agar bisa mengawet ikan seawet-awetnya, walaupun dengan "meracuni" ikan olahan tersebut. Mereka terkadang menggunakan bahan-bahan berbahaya, agar ikan asin mampu bertahan lebih lama lagi. Seperti beberapa produsen ikan asin di kawasan utara Jakarta.
Walaupun ada himbauan di papan reklame, namun tak membuat mereka berhenti membuat ikan asin dengan cara-cara yang curang. Bahan seperti tawas, borak, bahkan pemutih, mereka tambahkan demi membuat ikan asin lebih awet, terlihat bagus dan tahan lebih lama lagi.
Namun tentu hal tersebut merugikan konsumen, yang mengkonsumsi ikan tersebut. Untuk membedakan ikan asin berbahaya dan tidak, ada cara mudah yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
1. Warna
Ikan asin berbahaya biasanya berwarna putih, cerah dan cenderung bersih putih. Hal itu dikarenakan banyak konsumen yang menyukainya, karena berkaitan dengan kebersihan dalam pengolahan. Namun hal tersebut salah, karena ikan asin alami, biasanya berwarna agak pucat.
2. Bau
Bau khas ikan asin akan mengundang lalat dan kucing untuk mendekat dan hinggap di ikan asin tersebut. Berbeda dengan ikan asin dengan bahan berbahaya, cenderung tidak dihinggapi lalat, bahkan kucing pun enggan untuk mendekatinya, apalagi mengkonsumsi ikan asin tersebut.
3. Tekstur
Tekstur ikan asin yang aman dikonsumsi biasanya mudah patah, pecah dan rapuh. Berbeda dengan ikan asin yang menggunakan borak atau tawas, cenderung agak alot dan susah untuk patahkan.
Sebagai konsumen, tentu kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, walaupun itusangat kecil seperti ikan asin. Karena konsumsi ikan asin mengandung boraks, pemutih dan tawas dalam jangka waktu yang lama, tentu memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.
Tips sebeelum mengkonsumsi ikan asin: cuci ikan asin sebelum di goreng dengan air, untuk memperkecil residu yang terdapat dalam ikan asin. Jangan mudah tergiur dengan harga, baik itu murah ataupun mahal, tapi pastikan untuk menguji dengan beberapa metode di atas, untuk mengindari risiko penyakit di masa depan.
Namun Anda jangan takut untuk mengonsumsi ikan asin, karena kandungan gizinya cukup tinggi, terutama protein dalam ikan, yang sangat baik bagi perkembangan. Tapi batasi juga jangan sampai berlebihan mengonsumsinya. (pm/expresiku)
Ikan asin merupakan olahan ikan yang diawetkan, dan jenisnya bisa dari beragam, dari ikan air laut maupun air tawar. Dari perkotaan hingga pedesaan, ikan asin sering dihidangkan di meja makan. Ikan asin merupakan penawar kala kita menyantap makanan pedas.
Banyaknya permintaan ikan asin, membuat produsen terkadang kewalahan untuk memenuhinya, terutama di kala musim paceklik ikan terjadi, yang biasanya terjadi pada saat musim hujan. Banyak pelaut yang mengurangi tangkapannya, bahkan ada yang tidak melaut, sehingga olahan ian awetan ini menjadi berkurang.
Sehingga membuat produsen ikan asin harus memutar otak, agar bisa mengawet ikan seawet-awetnya, walaupun dengan "meracuni" ikan olahan tersebut. Mereka terkadang menggunakan bahan-bahan berbahaya, agar ikan asin mampu bertahan lebih lama lagi. Seperti beberapa produsen ikan asin di kawasan utara Jakarta.
Walaupun ada himbauan di papan reklame, namun tak membuat mereka berhenti membuat ikan asin dengan cara-cara yang curang. Bahan seperti tawas, borak, bahkan pemutih, mereka tambahkan demi membuat ikan asin lebih awet, terlihat bagus dan tahan lebih lama lagi.
Namun tentu hal tersebut merugikan konsumen, yang mengkonsumsi ikan tersebut. Untuk membedakan ikan asin berbahaya dan tidak, ada cara mudah yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
1. Warna
Ikan asin berbahaya biasanya berwarna putih, cerah dan cenderung bersih putih. Hal itu dikarenakan banyak konsumen yang menyukainya, karena berkaitan dengan kebersihan dalam pengolahan. Namun hal tersebut salah, karena ikan asin alami, biasanya berwarna agak pucat.
2. Bau
Bau khas ikan asin akan mengundang lalat dan kucing untuk mendekat dan hinggap di ikan asin tersebut. Berbeda dengan ikan asin dengan bahan berbahaya, cenderung tidak dihinggapi lalat, bahkan kucing pun enggan untuk mendekatinya, apalagi mengkonsumsi ikan asin tersebut.
3. Tekstur
Tekstur ikan asin yang aman dikonsumsi biasanya mudah patah, pecah dan rapuh. Berbeda dengan ikan asin yang menggunakan borak atau tawas, cenderung agak alot dan susah untuk patahkan.
Sebagai konsumen, tentu kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, walaupun itusangat kecil seperti ikan asin. Karena konsumsi ikan asin mengandung boraks, pemutih dan tawas dalam jangka waktu yang lama, tentu memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.
Tips sebeelum mengkonsumsi ikan asin: cuci ikan asin sebelum di goreng dengan air, untuk memperkecil residu yang terdapat dalam ikan asin. Jangan mudah tergiur dengan harga, baik itu murah ataupun mahal, tapi pastikan untuk menguji dengan beberapa metode di atas, untuk mengindari risiko penyakit di masa depan.
Namun Anda jangan takut untuk mengonsumsi ikan asin, karena kandungan gizinya cukup tinggi, terutama protein dalam ikan, yang sangat baik bagi perkembangan. Tapi batasi juga jangan sampai berlebihan mengonsumsinya. (pm/expresiku)
0 komentar