kupu-kupu|exposureguide.com |
"Kami yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) meneliti struktur komunitas kupu-kupu (Lepidoptera) sebagai indikator kerusakan hutan di kawasan gunung api purba Nglanggeran," kata ketua tim Dian Rahmawati di Yogyakarta, Senin (8/7).
Menurut dia, salah satu indikator untuk menentukan apakah hutan dan gunung tersebut tercemar atau tidak adalah dengan menggunakan bioindikator. Salah satunya menggunakan struktur komunitas kupu-kupu sebagai indikator kerusakan hutan.
Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk dan tidak terpolusi oleh insektisida, asap, dan bau yang tidak sedap, sehingga menjadi salah satu serangga yang dapat digunakan sebagai bioindikator terhadap perubahan ekologi. "Semakin tinggi keragaman spesies kupu-kupu di suatu tempat, menandakan lingkungan tersebut masih baik," katanya.
Ia mengatakan, penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasi dengan mengamati langsung kondisi abiotik dan biotik suatu kawasan dengan fokus penelitian kupu-kupu dengan kajian permasalahan struktur komunitas Lepidoptera.
Menurut dia, untuk mengetahui komposisi jenis Lepidoptera menggunakan metode pengambilan sampel, yakni dengan "purposive sampling". "Kupu-kupu yang ditemukan dari pengamatan di gunung api purba Nglanggeran sebanyak 35 jenis (spesies) dari tiga famili, yakni Papilionidae, Pieridae, dan Nymphalidae," katanya.
Anggota tim (PKMP) mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah Fanny Hadi Setyarini, Violita Bella Sandya, Aziz Purnomosidi, dan Benny Ari Kusuma.
source:republika.co.id
0 komentar