Penatnya mata setelah belajar di malam hari membuat Airin mulai mengantuk. Baru
saja matanya akan tertutup, tiba-tiba ponselnya berdering tanda sms masuk.

“ 085245678910???? Siapa ya??? “ pikir Airin.

Dari : 085245678910

Hai Airin, masih inget sama Raihan gak??? Aku dapetin nomor handphone kamu dari
Willy.

Raihan dan Airin sebelumnya memang telah saling kenal, karena Raihan adalah
senior Airin saat di SMP dulu. Tapi mereka tak pernah berteman dekat. Sms
pertama ini pun menjadi awal pertemanan mereka. Airin pun langsung mereply sms
itu.

Ke : 085245678910

Oh iya, masih inget. Ada apa nih, tiba-tiba hubungi nomor aku?

Sambil menunggu sms balasan dari Raihan, Airin meyimpan nomor ponsel Raihan itu.
Nomor : 085245678910

Nama : Raihan

Tersimpan.

Dari : Raihan

Oh gak ada apa-apa kok. Kamu lagi ngapain?

Ke : Raihan

Baru aja selesai belajar nih. Kamu sendiri lagi ngapain?

Dari : Raihan

Aku udah mau tidur, jadi sebelum tidur coba sms kamu dulu. Ya udah deh, sampe
disini dulu ya. Good nite! Raihan mengakhiri sms.

Ke : Raihan

Good nite too!.

©©©

Hari-hari berikutnya, mereka semakin sering berkomunikasi. Gaya Raihan yang cuek
tapi tetap menampakkan perhatian seorang pria kepada seorang wanita membuat
Airin memiliki perasaan yang lebih dari sekedar teman kepadanya. Bukan sekedar
sms saja mereka berkomunikasi, tapi melalui telpon dan internet.

“Halo,. Raihan ya” Airin menelpon saat waktu luangnya.

“Iya, Airin?“ Raihan bertanya.

“ Iya nih. Lagi ngapain?” sambung Airin.

“Lagi nyantai aja nih. Gak ada kerjaan. Aku lagi di Bogor nih, ada kegiatan OSIS
di sini.” jelas Raihan.

“Oh gitu ya. Keadaan kamu baik-baik aja?“ perhatian mulai tampak di antara
mereka.

“Alhamdulillah baik. Kamu sendiri? Eh, ada kabar buruk, handphone ku LCD nya
rusak gara-gara beberapa hari yang lalu jatuh saat aku beresin tempat tidur.
Jadi nomor yang masuk termasuk sms gak bisa terbaca. Jadi untuk buka sms-sms
yang masuk aku harus pinjem handphone temen dan itupun gak bisa sering-sering.”
tampak kesedihan dari suara Raihan.

“Aku turut sedih. Kalau gitu dulu ya. Udah malem nih, it’s time for sleeping!
Good nite!“ Airin pun mengakhiri pembicaran mereka malam ini.

Karena kejadian itu frekuensi komunikasi mereka jadi berkurang. Namun Raihan
tetap menghubungi Airin minimal sekali seminggu. Kadang Sabtu malam, kadang juga
di saat waktu senggang sekolahnya.

Hubungan maya ini pun semakin dekat dan ditambah lagi liburan semester sudah di
depan mata dan Raihan pasti akan pulang ke bandung ,, sweet hometown.

“Selamat siang. Halo Airin ya?“ Di siang yang panas Rihan tiba-tiba menelpon
Airin dan memberi kabar gembira itu.

“SElamat siang. Iya nih Airin. Ih tumben banget nih nelpon aku. Ada apa nih?“
suara bahagia tampak terdengar.

“Iya nih ada kabar bahagia.” Raihan mulai membuat Airin penasaran.

“Untuk kamu, untuk aku atau untuk kita berdua nih??“ tanya Arin lagi.

“Yang pasti sih untuk aku, tapi semoga aja kamu juga seneng dengernya.” jelas
Raihan.

“Apaan tuh?“ Airin semakin penasaran.

“Liburan kan dua minggu lagi dan aku akan segera pulang ke Bandung .“ terdengar
sekali kebahagian dari suara Raihan.

“Ah, syukur deh. Jadi kapan rencananya kamu balik ke Bandungnya?“

“Kemungkinan setelah pembagian raport, sorenya aku berangkat dari Jakarta menuju
Bandung . Dan planning pertama aku adalah silaturahmi ke rumah kamu.“ ucap
Raihan.

“Hah??? Oh iya silahkan saja.“ betapa berbunga-bunganya hati Airin mendengar
ucapan Rihan itu.

“Ya udah deh, met tidur siang ya.“ kalimat terakhir dari Raihan.

“Iya, makasih.“ handphone pun dinon-aktifikan.

“Oh My GOD… Hal yang selama ini aku tunggu-tunggu akan datang. Kehadiran Raihan
di depan mata ku. Apa ya kira-kira yang akan terjadi nanti dan seterusnya??? Aku
jadi gak sabar. “ gumam Airin sebelum dia berlabuh dalam mimpinya.

©©©

2 minggu kemudian.

Saat Airin sedang menikmati acara televisi favoritnya, tiba-tiba saja ada suara
ketokan pintu dari luar.

Tok tok tok,

“Assalamu’alaikum.“ salam dari Raihan.

“Siapa sih, ganggu aja deh. Wa’alaikumsalam. Tunggu sebentar ya.“ Airin pun
mengganti pakaian dan membukakan pintu.

“Raihan???????????“ sangat terkejutnya Airin melihat sosok Raihan di depan
matanya.

“Iya, Airin kan ??????“ Raihan balik bertanya.

“Iya, silahkan masuk.“ senyum termanis datang hanya untuk Raihan.

Raihan masuk dan duduk di sofa yang tersedia. Dalam benak Airin berkata, “Raihan
memang benar-benar cowok yang aku idam-idamkan selama ini.” tapi, ntah kenapa
perasaan Airin tak enak. Paras wajah Raihan tak sebahagia yang dia pikirkan saat
mereka masih menjadi teman maya kemarin. Raihan pun tak lama bertamu ke rumah
Airin, tak lebih dari satu jam. Mungkin karena perbincangan antara mereka tampak
garing. Tepat pukul 20.00 Raihan pamit pulang.

Setelah pertemuan itu, komunikasi antara mereka masih biasa2 saja, sama seperti
kemarin-kemarin. Namun, setelah dua minggu dari pertemuan itu, nomor handphone
Raihan menjadi semakin jarang aktif. Sms-sms Airin juga jarang dibalas. Kecuali
telpon dari Airin yang hanya diangkatnya, itu pun yang terjadi hanya
perbincangan garing, tanpa ada penjelasan mengapa akhir-akhir ini komunikasi
antara mereka semakin jarang. Airin sudah merasakan kejanggalan dan merasa bahwa
pertemuan itu seharusnya tidak terjadi kalau akhirnya seperti ini. Airin
mengerti sekali mengapa Raihan menjauh darinya setelah seorang temannya dan
teman Raihan mendatangi Airin.

“Rin, maaf ya. Aku tahu kamu sudah berharap sama Raihan. Dan sebenarnya Raihan
juga senang dengan kepribadianmu. Tapi satu hal yang membuat dia tidak nyaman
untuk terus dekat denganmu dan akan semakin membuatmu berharap kepadanya, yaitu
karena ada yang tidak cocok antara kamu dan Raihan, yaitu tinggi badan kamu yang
jauh berbeda dengannya. “ jelas Vanya.

Memang Airin sadari, tinggi badannya hanya 150 cm, jauh banget dengan tinggi
badan Raihan yang mungkin mencapai 170 cm. Hal seperti ini sudah pernah terjadi
sebelumnya dalam kehidupan Airin dan ini merupaka kejadian yang menyakitkan
untuk ke dua kalinya.

Airin benar-benar terpukul akan pernyataan Vanya itu. Tak ada sedikit pun
harapan untuk bisa mewujudkan harapannya untuk bersama Raihan. Kalau begini
jadinya, lebih baik pertemuan itu tidak perlu terjadi. Airin benar-benar kecewa
dengan sikap Raihan. Apa seorang Airin tidak pantas untuk seorang Raihan, hanya
karena tinggi badan saja???

Airin pun memberanikan dirinya untuk meng-sms Raihan dan berkata,

Ke : Raihan

Raihan, tolong jangan berpikir kalau aku akan menginginkan hubungan yang lebih
dari pertemanan kita selama. Aku benar-benar hanya ingin menganggapmu sebagai
teman. Jelas Airin dalam sms nya. Padahal semua itu tidak sesuai dengan keadaan
hatinya sendiri.

“ There’s a message… There’s a message…” Handphone Airin berbunyi.

Dari : Raihan

Oh tentu saja, kita akan tetap menjadi teman.

Sejak saat itu, komunikasi antara mereka pun terjalin lagi, walau tak seCARE
dulu, saat belum ada kata pertemuan diantara mereka. Kejadian ini membuat Airin
jera untuk menyukai, menyayangi apalagi berharap kepada seseorang yang jauh di
atas dirinya dalam hal apapun. Mungkin Airin harus sadar diri, tidak seperti
pungguk merindukan bulan. Dia pun bermaksud untuk menutup hatinya untuk
sementara waktu. Bahkan kejadian ini pun sangat mempengaruhi hari-hari Airin.

Dalam hari-harinya, Airin tak ingin terbebani hanya karena Raihan. Cowok yang
pernah dia idamkan dan hanya karena fisik, meninggalkan dia begitu saja. Airin
pun memfokuskan diri kepada sekolahnya. Kebetulan sebentar lagi akan diadakan
ulangan umum kenaikan kelas.

©©©

Airin sudah muali memilih-milih akan kemana dia melanjutkan kuliahnya setelah
lulus sekolah ini. Meskipun saat ini baru memasuki awal semester kelas tiga.

Hari Minggu pagi ini Airin menghadiri pameran universitas-universitas di luar
negeri yang memberikan berbagai fasilitas dan beasiswa yang mana kegiatan ini
diselenggarakan di Bandung Indah Plaza . Mulai dari universitas di Malaysia ,
Singapura , Australia bahkan Jepang. Dan ternyata Airin tertarik untuk
mendatangi stand universitas di Jepang karena Jepang merupakan salah satu Negeri
impiannya walau dia tidak terlalu yakin untuk bisa melanjutkan pendidikannya di
sana .

“ Ada yang bisa saya bantu? “ seorang pemuda seumurannya menyapa Airin dengan
bahasa Indonesia namun logatnya tetap saja bahasa Jepang dan sangat lucu
kedengarannya.

“ Oh iya, saya ingin mendapatkan informasi tentang universitas yang baik yang
ada di Jepang dengan segala fasilitas dan syarat-syaratnya. “ jawab Airin.

Airin pun dengan seksama mendengarkan penjelasan dari Adi, nama pemuda itu. Dia
adalah warga Indonesia asli namun ayahnya bekerja di KBRI Jepang dan dia
terlibat dengan pameran universitas ini.. Sembari menjelaskan, Adi pun mencuri-curi
pandangan kepada Airin. Ternyata di sini Adi tertarik dengan keimutan Airin.
Airin yang apa adanya, itu pendapat dia dalam hatinya. Dan dengan dalih untuk
mengumpulkan peminat akan universitas di Jepang, Adi meminta nomor handphonenya
Airin. Sejak saat itu lah, hubungan yang tak terduga terjalin antara mereka.
Hari demi hari memasuki bulan mereka berkenalan, berkomunikasi dan berteman.

©©©

Ujian Akhir Sekolah telah selesai bahkan amplop kelulusan pun telah berada di
tangan Airin. Dia lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sebelum pelaksanaan
UAN, Airin dan Adi telah mengikuti seleksi masuk Universitas di Jepang. Dan
mereka lulus. Setelah semua surat-surat telah di urus, Airin dan Adi pun
memutuskan untuk segera berangkat ke Jepang. Airin tidak di temani orang tuanya
ke Jepang karena selain kesibukan yang menjadi alasan, Adi pun cukup dipercaya
karena dia juga sudah hapal dengan keadaan di Jepang. Sesaat sebelum
keberangkatan ke Jepang, Adi mengutarakan isi hatinya kepada Airin.

“Airin, maukah kamu menjadi pacar ku?” Tampak Adi menatap lekat mata bulat Airin.
“Paling tidak, kamu gak akan merasa kesepian di negeri orang kelak.” Adi
melanjutkan isi hatinya saat mereka sedang menunggu kedatangan pesawat .

Wajah Airin bersemu merah. Dia malu mendengar ucapan Adi. Dia tak menyangka
pertemanan yang indah itu akan berakhir dengan hubungan yang lebih serius. Airin
menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan Adi.

“Terima kasih ya Airin. Aku menjadi orang paling bahagia hari ini.” Dengan
refleks, Adi hendak mengecuk kening Airin. Namun Airin menghindar.

“Malu Di. Ada Papa dan Mama ku.”

“Hehehe. Oh iya ya. Aku terlampau senang.”

Mungkin Raihan memang bukan yang terbaik untuk Airin. Saat dia harus kehilangan
Raihan hanya karena fisik, ternyata Airin menemukan Adi yang lebih baik dari
Raihan karena tak memandang segala sesuatunya dari fisik semata. Karena orang
pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tiada manusia yang
sempurna.

0 komentar