Iman bagi orang islam mengandung arti "membenarkan", maksudnya adalah membenarkan dengan seteguh hati dan menyatakan dengan sebenar-benarnya adanya Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para utusanNya, hari akhir dan takdir yang baik dan yang buruk dari Allah. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khattab dari Jibril dan juga diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah juga dari hadits Jibril.

Anda katakan: "Saya beriman kepada Allah dan para malaikat-Nya serta akan berjumpa Allah, para Rasul-Nya, dan beriman kepada suatu hari dimana seluruh mahluk dihidupkan kembali". Pengertian "Aku membenarkan" adanya Allah dan sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, adanya para malaikat sebagai hamba yang mulia, melihat Allah di akhirat bagi orang yang beriman, dan bahwa utusan Allah adalah orang-orang yang jujur lagi benar dalam memberitakan apa saja yang diterima oleh Allah, dan beriman kepada hari pembangkitan dari kubur sesudah mati. Sebagian Ulama berkata: "Siapa belajar sejak kecilnya dengan beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para utusanNya, hari akhir, dan ketentuan Allah yang baik dan buruk dari Allah, sedangkan ia tahu kalau hal itu harus diimani sekalipun belum dapat menerangkan maksudnya, maka ia tidak dapat dihukumi orang yang beriman".

Sementara Ulama berkata: "Iman seorang ketika sekarat akan mati sewaktu melihat bakal tempatnya, di surga atau di neraka adalah tidak diterima. Karena tidak dapat melakukan apa yang diperintahkan dalam keadaan dapat memilih". Sebab setiap hamba itu akan diperlihatkan bakal tempatnya di saat sekarat akan mati. Sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah bawasanya beliau bersabda:

"Sesunguhnya seorang hamba itu tidak akan mati sehingga melihat tempatnya disurga atau dineraka".

Berbeda taubat orang yang merasa terputus dari rahmat Allah itu dilakukan pada kesempatan yang masih luas maka taubatnya dapat diterima sepanjang imannya sudah benar. Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:

"Taubat seorang hamba mukmin itu akan diterima selagi nyawanya belum sampai kerongkongan".

Ketahuilah, bahwa iman kepada Allah itu ada tiga klasifikasi yaitu:

1) Iman secara taklid, artinya ikut-ikutan; yaitu mempercayai Allah karena mengikuti perkataan para Ulama tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak dapat selamat dari goncangan hati bila ada orang yang mempengaruhi meragukan hatinya.

2) Iman secara tahkik, artinya iman sejati; yaitu mengikat hatinya terhadap sifat ke Esaan Allah. Sekiranya terdapat perselisihan ahli ilmu untuk melepaskan ikatan dalam hatinya, maka ia tidak akan terpengaruh.

3) Iman secara Istidlal, artinya berdasarkan dalil; yaitu menciptakan dalil atas segala ciptaan Allah sebagai bukti adanya Zat Pencipta. Ringkasnya bahwa adanya bekas tanpa pemberi bekas adalah mustahil.
Published with Blogger-droid v1.7.4

0 komentar