Herbal Medicines. (istimewa)
Bogor (ANTARA News) - Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian mengenai potensi obat berbasis herbal untuk penyakit demensia atau kepikunan.

"Sudah lebih dari dua tahun ini tim kami melakukan penelitian yang berkaitan dengan potensi herbal untuk demensia," kata Kepala Pusat Studi Biofarmaka IPB Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Menjawab pertanyaan ANTARA pada diskusi ilmiah bertema "Tipe Demensia Alzheimer" yang menghadirkan narasumber ahli saraf dr Andreas Harry Sp.S (K), ia mengemukakan bahwa penelitian tersebut lebih difokuskan pada kadar asetilkolina (acetylcholine) pada sejumlah herbal.

"Jadi, kami terus mencari pada herbal apa saja yang kadar asetilkolinanya cukup kuat," kata Latifah K Darusman.

Pada diskusi yang diikuti sejumlah peneliti yang juga kandidat master (S2) dan doktor (S3) itu, pihak Pusat Studi Biofarmaka IPB mendapatkan paparan yang cukup rinci dari Andreas Harry mengenai demensia.

Ahli saraf lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang juga anggota "Advance Research Alzheimer`s" itu menjelaskan bahwa demensia adalah sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan berkurangnya domain memori yang menyebabkan gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari.

"Demensia bersifat progresif bertahap, dan pada penderitanya tetap dalam keadaan sadar (normal consiousness)," katanya.

Ia menjelaskan, pada konferensi dokter ahli saraf dunia tentang Alzheimer yang berlangsung di Paris, Prancis, pada pertengahan Juli 2011, para ahli memperkirakan bahwa penderita demensia (kepikunan) di negara-negara berkembang akan meningkat drastis.

"Di negara-negara berkembang, jumlah penderita demensia akan meningkat lebih drastis selama dekade berikutnya, diperkirakan tiga sampai kali lipat lebih tinggi daripada di negara maju," kata Andreas Harry, yang menjadi satu-satunya peserta asal Indonesia yang diundang mengikuti konferensi dunia para dokter ahli Alzheimer itu.

Konferensi internasional tentang penyakit Alzheimer 2011 yang diselenggarakan Asosiasi Alzheimer (AAICAD) itu, yang diikuti para peneliti dunia mengenai penyakit tersebut, juga menyimpulkan obat baru "memantine" adalah pengobatan yang unik bagi demensia, khususnya jenis Alzheimer.

Selain itu, kata dia, "memantine" yang sudah masuk di Indonesia, namanya dikenal dengan "Ebixa", yang disebutkan efektif dalam mencegah secara klinis memori yang memburuk.

"Jadi penurunan memori secara dini harus dicegah untuk demensia di masa depan," kata ahli saraf di bawah bimbingan Prof dr Djoenaidi Widjaya, Ph.D, Sp.S (K), yang juga dosen pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara (Untar) Jakarta.

Sementara itu, pada konferensi ASEAN Neurological Association (ASNA) 2011 di Sanur, Bali pada awal November 2011, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Prof Mohammad Hasan Machfoed, SpS (K) mengemukakan, pihaknya akan melakukan orientasi program menemukan insiden prevalensi penyakit demensia (kepikunan) pada masyarakat Indonesia.

"Kalau di luar negeri (angka prevalensinya) langsung bisa diketahui karena datanya ada, sedangkan kalau di kita (Indonesia) tidak. Angka (di Indonesia) cukup tinggi, namun jumlah pastinya secara resmi belum ada," katanya.

ASNA adalah forum dua tahunan para dokter ahli saraf di Asia Tenggara, sebagai ajang komunikasi dan pertukaran pengetahuan di kalangan dokter ahli saraf se-Asia Tenggara (ASEAN).

Meski untuk prevalensi demensia di Indonesia belum ada angka resmi, namun Mohammad Hasan Machfoed memprakirakan angkanya di kisaran lima hingga tujuh persen.

Hitungan angka yang diprakirakan itu, kata dia, berapa penduduk Indonesia, berapa yang usianya tua (lanjut usia), dan dari yang tua itu berapa yang mengalami demensia.

"Kalau saya bisa sebutkan kira-kira 80 persen dari demensia, jadi kalau diambil dari yang pikun itu (jumlahnya) cukup tinggi," kata guru besar Fakultas Kedokteran Unair kelahiran Madura, Jawa Timur, itu.

Dikemukakannya bahwa di Indonesia, demensia itu makin banyak karena yang pertama, dari aspek usia.

"Demensia menjadi penting karena usia harapan hidup itu makin lama makin tinggi, sedangkan demensia itu penyakitnya orang tua bukan anak-anak, dengan demikian dengan kondisi tersebut maka timbul kelainan yang disebut demensia.

"Nah, nanti polanya akan ke sana, justru mungkin akan terbanyak, karena apa, penyakit-penyakit yang sifatnya degeneratif itu, salah satunya adalah demensia ini," katanya.

(A035/N002)
Editor: Suryanto

0 komentar