Jahe (Zingiber officinale) |
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang (mirip umbi, pada pangkal batang dan ada di dalam tanah) yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron.
Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat.
Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus.
Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm.
Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua.
Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari Bahasa Sanskerta, singaberi.
Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Cina Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah.
Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa. Jahe dikenal sebagai salah satu bumbu dapur yang banyak juga dipakai dalam masakan Indonesia.
Di Indonesia, jahe memiliki berbagai nama daerah
Di Sumatra disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode (Mandailing), lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung).
Di Jawa, jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean). Di Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu (Mongondow), moyuman (Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia (Makassar), dan pace (Bugis).
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f7/Gingembre.jpg
Jahe (Zingiber officinale)
Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores).
Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan.
Di Maluku, jahe disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka (Ternate), gora (Tidore), dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur).
Adanya nama daerah untuk jahe diberbagai wilayah Indonesia menunjukkan penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia. Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa dilakukan di daerah katulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil dan Afrika. Saat ini Equador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia.
Jahe terbukti mampu bunuh sel kanker prostat
Selama ini jahe diketahui sebagai salah satu rempah yang memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Sebuah penelitian menarik yang ditulis dalam jurnal Nutrition and Cancer menemukan bahwa seluruh makanan yang mengandung ekstrak jahe ternyata bermanfaat untuk membunuh sel kanker terutama sel kanker prostat pada pria.
Penelitian yang dilansir dari care2.com ini menjelaskan bahwa jahe mengandung sebuah senyawa bernama fitonutrien (phytonutrients). Fitonutrien ini 240% lebih efektif dalam membunuh sel kanker dibandingkan dengan campuran bahan kimia yang selama ini digunakan untuk melawan kanker prostat.
Jahe juga terbukti mengandung obat betametason dan ibuprofen untuk pengobatan osteoarthritis dan sebagai obat anti inflamasi.
Sebuah penelitian yang sebelumnya ditulis di British Journal of Nutrition juga menemukan bahwa jahe mengandung zat antioksidan yang bermanfaat untuk menghancurkan radikal bebas yang mampu memancing timbulnya kanker.
Jahe, terbukti mampu bunuh sel kanker darah (leukemia)
Salah satunya manfaat jahe adalah sebagai obat kanker yang bisa menghancurkan sel kanker prostat. Namun baru-baru ini peneliti juga menemukan manfaat lain dari jahe, yaitu membunuh sel kanker darah (leukemia).
Penelitian di China yang dilakukan pada November 2013 mengungkap bahwa zat 6-Shogaol dalam jahe memiliki kemampuan untuk menyebabkan kematian sel (apoptosis) pada sel kanker darah pada manusia. Uniknya, zat ini membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel lain yang masih sehat.
Zat bernama 6-Shogaol ini juga ditengarai mampu membunuh sel kanker lain termasuk sel kanker paru-paru, kanker ovarium, dan kanker payudara. Yang paling menakjubkan, zat ini berhasil membunuh sel kanker darah tanpa menyebabkan efek samping apapun, seperti dilansir oleh Daily Health Post (28/01/14).
Dalam berbagai penelitian yang dilakukan untuk mencari obat alternatif dalam menyembuhkan kanker, zat 6-Shogaol menunjukkan kemampuan yang hebat dan terbaik di antara semuanya.
Yang paling penting adalah zat ini tak menyebabkan kerusakan sampingan pada sel yang normal seperti halnya obat atau perawatan kanker berupa kemoterapi atau radiasi.
Meski begitu, peneliti masih memerlukan banyak penelitian untuk membuat zat ini bisa dikonsumsi secara luas dan dipasarkan.
Peneliti juga berencana untuk melakukan percobaan pada manusia terlebih dahulu. Untuk mendapat manfaat dari jahe, Anda bisa menggunakannya dalam masakan atau menjadikannya sebagai minuman.
Perlu diingat pula, bahwa jahe telah digunakan dalam peradaban manusia sebagai obat sejak lebih dari 5000 tahun lalu. Mencampurkannya dengan teh atau menyeduh jahe hangat juga bisa jadi pilihan untuk menyehatkan tubuh dan mencegah kanker. Semoga info ini bermanfaat.
(care2.com/ merdeka/ wikipedia/ Nutrition and Cancer /British Journal of Nutrition/ Daily Health Post/indocropcircles.wordpress.com)
0 komentar